Kamis, 27 Januari 2011

Thariq bin Ziyad

BAB I
PENDAHULUAN

Setelah Rasulullah saw wafat, Islam menyebar dalam spektrum yang luas. Tiga benua lama Asia, Afrika, dan Eropa yang pernah merasakan rahmat dan keadilan dalam naungan pemerintahan Islam. Tidak terkecuali Spanyol (Andalusia). Ini negeri di daratan Eropa yang pertama kali masuk dalam pelukan Islam di zaman Pemerintahan Kekhalifahan Bani Umaiyah.
Sebelumnya, sejak tahun 597 M, Spanyol dikuasai bangsa Gotic, Jerman. Raja Roderick yang berkuasa saat itu. Ia berkuasa dengan lalim. Ia membagi masyarakat Spanyol ke dalam lima kelas sosial. Kelas pertama adalah keluarga raja, bangsawan, orang-orang kaya, tuan tanah, dan para penguasa wilayah. Kelas kedua diduduki para pendeta. Kelas ketiga diisi para pegawai negara seperti pengawal, penjaga istana, dan pegawai kantor pemerintahan. Mereka hidup pas-pasan dan diperalat penguasa sebagai alat memeras rakyat.
Kelas keempat adalah para petani, pedagang, dan kelompok masyarakat yang hidup cukup lainnya. Mereka dibebani pajak dan pungutan yang tinggi. Dan kelas kelima adalah para buruh tani, serdadu rendahan, pelayan, dan budak. Mereka paling menderita hidupnya.
Akibat klasifikasi sosial itu, rakyat Spanyol tidak kerasan. Sebagian besar mereka hijrah ke Afrika Utara. Di sini di bawah Pemerintahan Islam yang dipimpin Musa bin Nusair, mereka merasakan keadilan, kesamaan hak, keamanan, dan menikmati kemakmuran.
Melihat kezaliman itu, Musa bin Nusair berencana ingin membebaskan rakyat Spanyol sekaligus menyampaikan Islam ke negeri itu. Keberhasilan ekspedisi Abu Zar’ah ini membangkitkan semangat Musa bin Nusair untuk menaklukan seluruh Spanyol. Maka, ia memerintahkan Thariq bin Ziyad membawa pasukan untuk penaklukan yang kedua. Peran Tharik bin ziyad sangat penting pada masa itu, Oleh karena itu didalam makalah ini saya akan mencoba membahas tentang Tharik bin ziyad dan sastranya pada masa Andalusia.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Thariq bin Ziad
Thariq bin Ziad adalah Thariq bin Ziad bin Abdullah bin Walgho bin Walfajun bin Niber Ghasin bin Walhas bin Yathufat bin Nafzau adalah putra suku Ash-Shodaf, penduduk asli daerah Al-Atlas, Afrika Utara. Ia lahir sekitar tahun 50 Hijiriah. Ia ahli menunggang kuda, menggunakan senjata dan ilmu bela diri. Ia juga jendral dari dinasti Umayyah ysng memimpin penaklukan muslim atas wilayah Spanyol, Portugal, Andora, Gibraltar dan sekitarnya, pada tahun 711 M.
Sejenak kecil, ia diasuh oleh ayahnya sendiri bersama saudara angkatnya yang bernama Muhammad Badr. Keduanya diajari ketangkasan menunggang kuda, keahlian menggunakan senjata dan berbagai ilmu bela diri. Sang ayah sering berpesan agar kelak ilmu yang telah dimiliki tidak untuk disombongkan atau mencelakan orang lain, melainkan untuk menolong orang yang memerlukan dan membela kebenaran.
Sebagai keturunan suku Ash-Shodaf, thoriq tumbuh dengan perawakan tinggi besar dan berkulit kemerah-merahan. Sepasang matanya memancarkan sorot yang tajam, sebagai tanda ia menyimpan wibawa besar.
Kemudian, ada satu cirri khas yang dimilikinya, yakni pada bahu sebelah kiri terdapat sebuah tai lalat yang berukuran cukup besar yang ditumbuhi rambut. Adapun berbagai pendapat tentang biografi thariq. Ada yang berpendapat mengatakan bahwa tharik berasal dari keturunan suku barbar asli di Afrika. Karena ciri-ciri tadi persis ciri-ciri yang dimiliki suku Barbar.
Ada pula para sejarawan yang masih berbeda pendapat bahwasanya Tharik bin Ziad berasal dari suku Zanata. Konon, ia adalah seorang budak yang dikemudian dimerdekakan oleh Musa bin Nusair, Gubernur Afrika Utara. Musa mengangkat Thariq untuk menjadi seorang penguasa didaerah Tanja, terletak diujung Maroko dengan 19.000 tentara dari bangsa Barbar, lengkap dengan persenjataannya.
Sebelum peristiwa penyerangan pasukan islam, keadaan Spanyol (Andalusia) sungguh memperihatinkan. Sejak tahun 597 M, saat negri dikuasai bangsa Gotic dari Jerman dengan penguasa atau rajanya terakhir Roderick, negri ini bertambah kacau. Dibawah kekuasaan raja yang lalim masyarakat menjadi beberapa kelas.
Kelas pertama adalah keluarga raja, bangsawan, orang-orang kaya, tuan tanah, dan para penguasa wilayah. Mereka hidup bergemilang kemewahan, berfoya-foya, dan mengumbar nafsu kebinatangan.
Kelas kedua diduduki para pendeta. Merekalah sebenarnya yang bertanggung jawab atas kehancuran negeri. Mereka menjilat para penguasa dan menginjak rakyat.
Kelas ketiga diisi para pegawai negara seperti pengawal, penjaga istana, dan pegawai kantor pemerintahan. Mereka hidup pas-pasan dan diperalat penguasa sebagai alat memeras rakyat.
Kelas keempat adalah para petani, pedagang, dan kelompok-kelompok masyarakat yang hidup cukup lainnya. Mereka inilah yang dibebani pajak dan pungutan-pungutan yang tinggi.
Dan kelas kelima adalah para buruh tani, serdadu berpangkat rendah, pelayan, dan budak. Kelas paling rendah inilah yang paling menderita hidupnya.
Akibat kelas-kelas tersebut, membuat rakyat sangat menderita karena selalu menjadi korban sebagai resiko menjadi kelas paling bawah. Sehingga mereka menjadi tidak kerasan, akibatnya sebagian besar dari mereka mengungsi kenegara terdekat yaitu Afrika Utara, negri yang penduduknya bisa menikmati keadilan, kesamaan hak, keamanan, dan kemakmuran dibawah pengusaha yang adil, arif, dan bijaksana yaitu Musa bin Nusair.
Sebagian besar orang yang mengungsi ke Afrika Utara tersebut adalah para pemeluk agama Yahudi dan Kristen. Diantara mereka terdapat Gubernur Ceuta yaitu Julian, putri kesayangannya Florinda telah dinodai Raja Roderick. Selamanya, ia tidak akan bisa memaafkan kebiadaban raja bangsa Gotic tersebut.
Di Afrika mereka mendapatkan perlindungan dan jaminan hak asai manusia dari orang-orang islam. Bahkan mereka diperlakukan dengan sangat baik layaknya tamu, suatu perlakuan yang tidak didapatkan dinegri mereka sendiri.
Sebelum kedatangan Gubernur Julian dan rombongannya, sebenarnya Musa bin Nusair sudah mendengar bahwa sepanyol sedang dalam keadaan rapuh. Setelah memperoleh persetujuan khalifah al-Walid bin Abdul Malik, Musa bin Nusair segera mengirimkan satu perintis kesepanyol dengan komandan Abu Zar’ra Thorif yang cerdik, pemberani dan tangguh serta berpengalaman tehadap seluk beluk wilayah Spanyol.
Didalam proses penaklukan spanyol terdapat tiga pahlawan islam yang dikatakan paling berjasa pemimpin satuan pasukan kesana. Mereka adalah Abu Zar’ra Thorif, Tharik bin Ziyad, dan Musa ibn Nushair. Tharif ibn Malik dapat disebut sebagai perintis dan penyidik.
Pada hari Kamis, 4 Ramadhan 91 H atau 2 April 710 M, Abu Zar’ra Thorif berangkat meninggalkan Afrika dengan membawa 400 pasukan penjalan kaki ditambah 100 orang pasukan berkuda. Ia menyebrangi selat yang berada di antara Maroko dan benua Eropa mereka menggunakan delapan buah armada kapal, empat buah armada kapal diantaranya adalah bantuan dari raja Julian yang berkeinginan menghancurkan raja Roderick.
Tiga pekan berikutnya, tepatnya hari sabtu tanggal25 Ramdhan 91 H atau 23 April 710 M, rombongan pasukan pasukan islam melakukan pendaratan disebuah pulau kecil tak jauh dari kota Tarife yang akan menjadi sasaran serangan pertama. Pendaratan sengaja dilakukan pada malam hari agar tidak diketahui musuh.
Setelah mempersiapkan segala sesuatunya, pada petang harinya Abu Zar’ra Thorif memerintahkan pasukan melakukan serangan gencar keberbagai wilayah, terutama di pusat kota. Karena keadaan keadaan kota sepanyol yang lemah, pasukan islam tidak dapat banyak perlawanan. Dengan mudah mereka menaklukan beberapa kota di sepanjang pantai. Padahal saat itu saat itu jumlah pasukan islam tidak seberapa dibandingkan musuh.
Pasukan islam dengan komandan Abu Zar’ra Thorif pulang ke Afrika dengan membawa kemenangan telak. Hanya beberapa pasukan yang gugur di medan perang,. Selain itu mereka berhasil membawa tawanan dan ghanimah yang cukup banyak. Musa bin Nusair pun menyambut dengan mereka dengan senang.
Musa bin Nusair pun bertekat untuk menaklukan seluruh Spanyol, mengingat Spanyol merupakan pintu gerbang daratan Eropa. Oleh karena itu ia memerintahkan Thoriq bin Ziyad untuk melakukan penyerangan kedua.
Ia tidak salah memilih Thoriq yang mempunyai sifat jujur, cerdik dan berkemauan keras. Selain itu Thoriq terkenal gagah berani dalam menghadapi setiap tantangan, berpengaruh besar bagi para pengikutnya, ikhlas dalam berjuang dan semangatnya selalu membara.
Pada hari senin, 3 mei 711 M, thariq bersama 70.000 anggota pasukannya menyeberangi selat antara Afrika dan daratan Eropa dengan menggunakan armada kapal serta beberapa rombongan kecil. Beberapa saat setelah melakukan pendaratan di pantai wilayah Spanyol, thoriq langsung mengumpulkan seluruh anggotanya pasukanya diatas sebuah bukit yang kemudian dinamakan “Jabal Thoriq”, yang sekarang dikenal dengan nama “ Jibraltar”
Selanjudnya, secara mengejutkan Thoriq memerintahkan pasukannya untuk memebakar seluruh armada kapal yang telah memebawa atau menyebrangi mereka dari Afrika. Para pasukanpun terperangah menengar perintah mereka anggap konyol tersebut. “Apa maksud anda” Tanya seorang pasukan yang tidak mengerti.
“kalau kapal-kapal itu dibakar, bagaimana nanti kita bisa pulang?” Tanya pasukan yang lain.
Dengan tegas sambil menghunus pedang ia menjawab, “ kita datang kesini bukan untuk kembali. Kita hanya memiliki dua pilihan, yaitu menaklukan negri ini lalu tinggal disini atau kita semua binasa.”
Mendengarkan jawaban dari thoriq tersebut, para pasukan akhirnya dapat memahami bahwa pembakaran seluruh kapal berikut perlengkapannya bertujuan untuk mengobarkan semangat perjuangan.
Thoriq merasa perlu memberi bekal pengarahan kepada mereka. Ia lalu berpidato dihadapan mereka dengan nada berapi-api.
أيها الناس، أين المفر؟ البحر من ورائكم، والعدو أمامكم، وليس لكم والله إلا الصدق والصبر، واعلموا أنكم في هذه الجزيرة أضيع من الأيتام في مأدبة اللئام، وقد استقبلكم عدوكم بجيشه وأسلحته، وأقواته موفورة، وأنتم لا وزر لكم إلا سيوفكم، ولا أقوات إلا ما تستخلصونه من أيدي عدوكم، وإن امتدت بكم الأيام على افتقاركم، ولم تنجزوا لكم أمرًا ذهبت ريحكم، وتعوَّضت القلوب من رعبها منكم الجراءة عليكم، فادفعوا عن أنفسكم خذلان هذه العاقبة من أمركم بمناجزة هذا الطاغية (يقصد لذريق) فقد ألقت به إليكم مدينته الحصينة، وإن انتهاز الفرصة فيه لممكن، إن سمحتم لأنفسكم بالموت.
وإني لم أحذركم أمرًا أنا عنه بنجوة، ولا حَمَلْتُكُمْ على خطة أرخص متاع فيها النفوس إلا وأنا أبدأ بنفسي، واعلموا أنكم إن صبرتم على الأشقِّ قليلاً، استمتعتم بالأرفَهِ الألذِّ طويلاً، فلا ترغبوا بأنفسكم عن نفسي، فما حظكم فيه بأوفى من حظي".»
ثم قال:
وقد انتخبكم الوليد بن عبد الملك أمير المؤمنين من الأبطال عُربانًا، ورضيكم لملوك هذه الجزيرة أصهارًا، وأختانًا، ثقة منه بارتياحكم للطعان، واستماحكم بمجالدة الأبطال والفرسان؛ ليكون حظُّه منكم ثواب الله على إعلاء كلمته وإظهار دينه بهذه الجزيرة، وليكون مغنمًا خالصة لكم من دونه، ومن دون المؤمنين سواكم، والله – الله – ولَّى أنجادكم على ما يكون لكم ذِكرًا في الدارين.
واعلموا أنني أول مُجيب لما دعوتكم إليه، وأني عند مُلتقى الجمعين حامل نفسي على طاغية القوم لذريق، فقاتله - إن شاء الله -، فاحملوا معي، فإن هلكت بعده، فقد كفيتكم أمره، ولم يعوزكم بطلب عاقد تسندون أموركم إليه، وإن هلكت قبل وصولي إليه؛ فاخلفوني في عزيمتي هذه، واحملوا بأنفسكم عليه، واكتفوا الهمَّ من الاستيلاء على هذه الجزيرة بقتله؛ فإنهم بعده يُخذلون.
Pidato yang disampaikan oleh Thariq bin Ziyad tersebut membakar semangat perjuangan para pasukan islam. Mereka merasa tercambuk. Rasanya, mereka sudah tidak sabar menanti hari pertempuran dimulai.
Hasrat menyebarankan islam ke Andalusia sebenarnya sudah menjadi obsesi yang didengung-dengungkan kaum muslimin sejak lama. Andalusia ketika itu berada dalam cengkraman penguasa yang semena-mena dari penjajah Goltik atau Raja Roderick. Para wanita merasa terancam kesucianya, petani dikenakan pajak tanah yang tinggi, dan banyak lagi penindasan yang tak berkeprimanusiaan.
Tharik bin Ziyad lebih banyak dikenal sebagai penakluk Spanyol, karena pasukannya lebih besar dan hasilnya lebih nyata. Pasukanya terdiri dari sebagian besar suku Barbar yang didukung oleh Musa ibn Nushair dan sebagian orang Arab yang dikirim khalifah Al-Walid
Begitu mendengar pasukan islam telah mendarat diwilayahnya, bahkan sedang bergerak maju, Raja Roderick segera mempersiapkan angkatan perang besar yang terdiri dari 100.000 lebih tentara dengan membawa persenjataan lengkap.
Tetapi, banyaknya jumlah pasukan yang dipimpin langsung oleh Raja Roderick dengan persenjataan yang lengkap tidak menggoyahkan semangat Thoriq dan pasukannya untuk maju berjuang. Apa lagi Musa bin Nusair mengirimkan bantuan tambahan sebanyak 5.000 pasukan pilihan dibawah komandan Thorif bin Muluk. Jadi jumlah seluruhnya adalah 12.000 pasukan.
Thorif terus bergerak membawa pasukannya ke arah kota Cordova. Perjalanan yang mereka tempuh lewat pantai hingga tiba di kota Torife. Dari kota Torife, perjalanan dilanjudkan menuju selatan melewati dataran yang luas dan bukit-bukit.
Roderick sebenarnya sudah mengetahui kekuatan dan semangat juang pasukan islam melalui mata-mata yang dikirim untuk meyusup kesana.
Kedua rombongan pasukan sama-sama bergerak maju kearah berlawanan. Dipihak pasukan islam, tampak Thoriq tengah duduk tegak diatas pelana kudanya. Sepasang matanya menatap tajam kea rah pasukannya yang bergerak laksana ombak samudra.
Baju besi melekat didada setiap pasukan, sorban putih yang menutupi kepala mereka dari terik matahari dan kelihatan senjata pedang yang mereka genggam dengan kokoh mewarnai keadaan di sekililingnya. Thoriq secara terus-menerus mengbarkan semangat juang pasukannya.
Sementara itu, di pihak pasukan Spanyol, kelihatan Raja Roderick pun sedang berada diatas punggung kudanya. Dia diapit beberapa pasukan pengawal yang bersenjata lengkap. Diatas kepalanya terpasang sebuah paying yang dihiasi dengan lapisan emas dan mengenakan mahkota kenesaranya. Semua itu menambah kesan kemewahan yang luar biasa.
Pada hari Ahad, 28 Ramadhan 92 H atau 19 Juli 711 M, kedua pasukan akhirnya bertemu dan bertempur di dekat muara sungai Barbate. Kedua angkatan saling berhadapan dalam dalam jumlah yang benar-benar tidak seimbang. Pasukan Spanyol jauh lebih unggul, baik dalam jumlah pasukan maupun dalam persenjataan. Itulah sebabnya, pada awal pertempuran mereka sempat membuat pasukan islam terdesak.
Melihat itu, Julian tidak tinggal diam. Dengan cerdik, ia dan beberapa anak buahnya berhasil menyusup ketengah-tengah pasukan Spanyol. Mereka menyebar kabar dari telinga ke telinga bahwa yang sebenarnya yang diincar oleh pasukan islam hanyalah Roderick dan bukan untuk menjajah negri ini. Jika roderik sudah berhasil dibunuh, maka peperangan dihentikan.
Ternyata usaha Julian dan anak buahnya berhasil. Banyak pasukan yang terpengaruh. Mereka lalu melarikan diri meninggalkan medan pertempuran. Akibatnya, barisan pertahanan yang sudah rapih disusun Roderick menjadi kacau balau. Keadaan tersebut dimanfaatkan Thoriq bin Ziyad. Ia mencari Roderick. Ia berjanji akan membunuhnya sendiri, seperti yang telah dinyatakan pidatonya ketika hendak memulai pertempuran ini.
Setelah Roderick berada tepat didepanya, dengan pedang tehunus ia tumpas raja yang lalim itu, sehingga nyawa raja itu melayang, tubuh Roderick tenggelam di sungai Barbate, lalu hanyut terbawa arus.
Pasukan islam hanya menemukan kudanya yang berwarna abu-abu yang masih hidup dan sepasang sepatunya yang terbuat dari emas tergeletak ditepi sungai. Dengan terbunuhnya Raja Roderick, seluruh markas pertahanan dapat dikuasai pasukan islam dengan mudah. Kemenangan yang luar biasa tersebut benar-benar mematahkan semangat pasukan spanyol.
Berita keberhasilan Thoriq bin ziyad menaklukan sebagian besar Spanyol sangat mengembirakan Musa bin Nusair. Ia ingin membantu Thoriq untuk segera menaklukan Spanyol dan Negara-negara eropa lainya. Setahun kemudian, tepat pada hari rabu, 16 ramadhan 93 H, is bertolak kesepanyol dengan membawa 10.000 pasukan. Mereka berhasil menduduki Merida, Sionia, dan Sevila, yang belum sempat ditaklukan Thoriq.
Sementara itu, Thorik tetap akan melakukan serangan kebeberapa wilayah yang masih tersisa , ia membagi pasukanya yang tidak seberapa itu dalam empat tempat kelompok. Ia menugaskan pembantu-pembantunya ke Cordova, Granda dan Malaga. Sedangkan dia sendiri bersama pasukan utamanya segera menuju Toledo, ibu kota Spanyol waktu itu. Semua kota tersebut dapat dikuasai tampa perlawanan. Bangsa Gotic berasil dilumpuhkan karena kecepatan gerak dan sepak terjang pasukan Thoriq. Musa bin Nusair dan Thoriq bin Ziad akhirnya bertemu di Toledo, kedua jenderal penakluk ini akhirnya bergabung. Untuk pertama kalinya, mereka berdua terlibat dalam pertempuran cukup seru yang terjadi didaerah Ecija.
Kemenangan pun dipihak pasukan islam, meski tidak sedikit dari mereka yang syuhada . selanjudnya, kedua jendral itu terus bergerak secara berdampingan, bahkan sampai di wilayah Pyrenies Prancis. Dalam waktu kurang dari dua tahun, seluruh daratan spanyol berhasil dikuasai pasukan islam. Berapa tahun kemudian, portugispun ditaklukan dan namanya diganti menjadi “al-gharb” yang ber arti “si barat”.
Pada dasarnya Musa dan Thoriq dapat dengan mudah menaklukan seluruh Eropa. Karena waktu itu tidak ada kekuatan apapun yang dapat mencegah mereka. Dan merekapun sebenarnya sudah merencankan hal tersebut, tetapi sayangnya, khalifah al- Walis bin Abdul Malik memanggil mereka kedamaskus.
Sebagai pejuang sejati, mereka harus memenuhi panggilan sang Kholifah, walau dalam hati kecil mereka merara kecewa. Sebab, belum seluruh cita-cita dan keinginan mereka tercapai.
Thoriq berangkat ke Damaskus seorang diri memenuhi panggilan sang kholifah. Ia mendahului musa yang masih sibuk menyusun pemerintahan baru di sepanyol.
Beberapa bulan setelah bertemu sang kholifah. Ia mulai sakit-sakitan, dan beberapa tahun kemudian akhirnya beliau dipanggil Allah SWT.
Thoriq pulang kerahmatullah dengan tenang walaupun tidak banyak yang mengetahui hari-hari terakhir kehidupanya, ia tetap seorang pahlawan besar yang patut dikenang sekaligus diteladani, terutama semangat juangnya dalam membela agama.
B. Thoriq bin Ziad Karya Sastra Pidato dan Analisisnya.
أيها الناس، أين المفر؟ البحر من ورائكم، والعدو أمامكم، وليس لكم والله إلا الصدق والصبر، واعلموا أنكم في هذه الجزيرة أضيع من الأيتام في مأدبة اللئام، وقد استقبلكم عدوكم بجيشه وأسلحته، وأقواته موفورة، وأنتم لا وزر لكم إلا سيوفكم، ولا أقوات إلا ما تستخلصونه من أيدي عدوكم، وإن امتدت بكم الأيام على افتقاركم، ولم تنجزوا لكم أمرًا ذهبت ريحكم، وتعوَّضت القلوب من رعبها منكم الجراءة عليكم، فادفعوا عن أنفسكم خذلان هذه العاقبة من أمركم بمناجزة هذا الطاغية (يقصد لذريق) فقد ألقت به إليكم مدينته الحصينة، وإن انتهاز الفرصة فيه لممكن، إن سمحتم لأنفسكم بالموت.
وإني لم أحذركم أمرًا أنا عنه بنجوة، ولا حَمَلْتُكُمْ على خطة أرخص متاع فيها النفوس إلا وأنا أبدأ بنفسي، واعلموا أنكم إن صبرتم على الأشقِّ قليلاً، استمتعتم بالأرفَهِ الألذِّ طويلاً، فلا ترغبوا بأنفسكم عن نفسي، فما حظكم فيه بأوفى من حظي".»
ثم قال:
وقد انتخبكم الوليد بن عبد الملك أمير المؤمنين من الأبطال عُربانًا، ورضيكم لملوك هذه الجزيرة أصهارًا، وأختانًا، ثقة منه بارتياحكم للطعان، واستماحكم بمجالدة الأبطال والفرسان؛ ليكون حظُّه منكم ثواب الله على إعلاء كلمته وإظهار دينه بهذه الجزيرة، وليكون مغنمًا خالصة لكم من دونه، ومن دون المؤمنين سواكم، والله – الله – ولَّى أنجادكم على ما يكون لكم ذِكرًا في الدارين.
واعلموا أنني أول مُجيب لما دعوتكم إليه، وأني عند مُلتقى الجمعين حامل نفسي على طاغية القوم لذريق، فقاتله - إن شاء الله -، فاحملوا معي، فإن هلكت بعده، فقد كفيتكم أمره، ولم يعوزكم بطلب عاقد تسندون أموركم إليه، وإن هلكت قبل وصولي إليه؛ فاخلفوني في عزيمتي هذه، واحملوا بأنفسكم عليه، واكتفوا الهمَّ من الاستيلاء على هذه الجزيرة بقتله؛ فإنهم بعده يُخذلون.

Artinya:
“Wahai seluruh pasukan. Kalau sudah begini, kemana lagi kalian akan lari? Dibelakang kalian ada laut, dan didepan kalian ada musuh. Demi Allah Swt, satu-satunya milik kalian saat ini hanyalah kejujuran dan kesabaran. Hanya itu yang kalian andalkan. Musuh dengan jumlah pasukan yang besar dan persenjataan yang lengkap telah menyongsong kalian. Sementara senjata kalian hanyalah pedang. Kalian akan terbantu, jika kalian merebut senjata dan perlengkapan musuh kalian. Karena itu, secepatnya kalian harus bisa melumpuhkan mereka. Sebab kalau tidak, kalian akan menemukan kesulitan besar. Itulah sebabnya kalian harus lebih dahulu menyerang mereka agar kekuatan mereka lumpuh. Dengan demikian semangat juang kita akan bangkit. Musuh kalian itu sudah bertekad bulat akan mempertahankan negeri mereka sampai titik darah penghabisan. Kenapa kita juga tidak bertekad bulan untuk menyerang mereka hingga mati syahid? Saya sama sekali tidka bermaksud menakut-nakuti kalian. Tetapi marilah kita galang rasa saling percaya di antara kita dan kita galang keberanian yang merupakan salah satu modal utama perjuangan kita. Kita harus bahu membahu. Sesungguhnya saya tahu kalian telah membulatkan tekad serta semangat sebagai pejuang-pejuang agama dan bangsa. Untuk itu kelak kalian akan menikmati kesenangan hidup, disamping itu kalian juga memperoleh balasan pahala yang agung dari Allah swt. Hal itu karena kalian telah mau menegakkan kalimat-Nya dan membela agama-Nya. Percayalah, sesungguhnya Allah swt. adalah penolong utama kalian. Dan sayalah orang pertama yang akan memenuhi seruan ini di hadapan kalian. Saya akan hadapi sendiri Raja Roderick yang sombong itu. Mudah-mudahan saya bisa membunuhnya. Namun, jika ada kesempatan, kalian boleh saja membunuhnya mendahului saya. Sebab dengan membunuh penguasa lalim itu, negeri ini dengan mudah kita kuasai. Saya yakin, para pasukannya akan ketakutan. Dengan demikian, negeri ini akan ada di bawah bendera Islam.”
Dari segi bahasa dan pemaknaan dalam pidato yang sampaikan Thoriq bin Ziyad Bahasanya mudah dimengerti, dalam kalimat ” البحر من ورائكم، والعدو أمامكم” ini mempunyai maksud bahwasanya para pasukan tak ada jalan lain lagi, karena dibelakang ada laut dan didepan ada musuh, itu berarti pasukan hurus benar-benar berjuang sampai titik darah penghabisan untuk menaklukan Andalusia. Maka didalam pidato yang disampaikan Thoriq bin Ziyad terdapat unsur-usur balagohnya.
Dan dari latar belakan pidato tersebut, karena pasukan muslim dalam penaklukan Andalusia banyak dipengaruhi oleh semangat juang yang berhasil dikobarkan oleh Tariq dimana dia memerintahkan untuk membakar semua kapal dan sehingga tidak ada jalan untuk melarikan diri selain bertempur habis-habisan melawan musuh sampai meraih kemenangan atau mati sebagai syuhada.














BAB III
PENUTUP
Banyak pelajaran yang bisa kita ambil dari sejarah, terutama sejarah perjuangan Thoriq bin Ziad dalam menyebarkan islam didaratan Eropa, perjuangan yang sangat hebat, dan yang yang harus kita ingat yaitu:
“ kita datang kesini bukan untuk kembali. Kita hanya memiliki dua pilihan, yaitu menaklukan negri ini lalu tinggal disini atau kita semua binasa.”
Dengan semangat juangnya, ia selalu menyemangati para pasukannya sehingga menghasikan hasil yang sangat membanggakan, karena Thariq bin Ziyad merupakan sosok pahlawan yang mampu membawa kejayaan Islam di masanya.
Misi itu, adalah misi yang luar biasa. Sebab ketika itu alat transportasi belumlah secanggih sekarang. Ketika ’dunia’ yang dihadapi kemudian berubah menjadi daratan, Thoriq bin Ziyad tak terlena mengagumi kapal-kapal laut yang telah menyeberangkan mereka. Ketiga, singkirkan comfort zone. Bila kapal tetap ada, mental bertempur pasukan tentu akan lemah. Boleh jadi sebagian pasukan akan berpikir “Ah bila kita terdesak, kita bisa kembali ke negeri kita dengan kapal ini. Tenang saja” Dunia berubah sangat cepat. Tantangan yang kita hadapi juga makin kompleks. Bila kita tak ingin dilindas jaman, segeralah ’Bakar “Kapal” Anda’. Lalu bertempur dan bersainglah dengan cara satria.






DAFTAR PUSTAKA
Armold W. Thomas, Sejarah Da’wah Islam, ( Jakarta: Wijaya, 1983)

Bisri. Mustofa. Al-Bisri. ( Surabaya: Pustaka Progressif, 1999)

Buana. Cahya & Usman. Ahmadi. Al- Adab Al-Arabi.( Ciputat. 2010)

Hidayatullah. Abdul Latif.. Pejuang dan pemikir islam dari masa kemasa. ( Jakarta Selatan: Penerbit Iqra Insan Pres.2005)

http://syalvine.wordpress.com/2010/02/06/sejarah-isalam-masuk-ke-spanyol/ Diakses tangal 26-12-2010

Ibnu Abdurahman Arubi, Muhammad. Al-Adab Arabi Wa tarihuhu. (Universitas Islam Imam Muhamad Ibnu Saudi, 1421)

Maki Ahmad, Atthahir. Dirasat Andalusia Fil Adabi Watarih wal Falsafah. (Darul Ma’arif. 1987)

Syalabi, Sejarah dan kebudayaan islam, jilid 2, (Jakarta: Pustaka Alhusna, 1983, cetakan pertama)

Syeh Mahmudunnasir, Islam its Concept & History, (New Delhi: Kitab Bhavan, 1981

Syalabi. Ahmad, Mausu’ah Al-Tharikh al-Islami wa al-Hadharah al-Islamiyah, Jilid 4, (Kairo: Maktabah Al- Nahdhah Al-Mishriyah, 1979)

Nasution Harun, Islam ditinjau dari berbagai aspeknya, Jilid I, (Jakarta: UI Press, 1985)

Munawwir. A.W. Al-munawwir. ( Surabaya: Pustaka Progresif. 1997)

Utami. Unik. Thariq bin Ziyad. (Bandung: PT. Mizan Pustaka.2009)

Yatim Badri. Sejarah Peradaban Islam. ( Jakarta:PT RajaGrafindo Persada. 2008)

Zaidan. Jurji. Tarikh al-Tamaddun al-Islami, Juz III. ( Kairo: dar Al-Hilal)