Rabu, 31 Agustus 2011

Sastra Arab


Sastra Arab Kontenporer dari Segi Konteks


Sejarah


-Tahun 1976 Mesir dikuasai oleh inggris, oleh karena itu Muahmmad Ali Mengirim Sastrawan arab Ke Eropa untuk belajar disana, dan setelah kembali para sastrawan yang dikirimkan tersebut, mereka menghidupkan kembali sastra arab dengan tema dan genre baru.

-Lalu kemudian Ahmad Syauqi, Mahmud Barudy pada abad ke 19 melopori Dengan sebutan aliran yang terkenal; neoklasik, hal tersebut memunculkan pemikiran yang menjadi sebuah gerakan Arab yang memiliki peranan peranan penting dalam sejarah sastra arab

Minimnya sumberdaya alam diArab, yang menyebabkan terjadinya imigrasi kebeberapa Negara Eropa dan benua Amerika

Politik kemalis yang ingin memutuskan hubungan turki dengan sejarahnya, agar Turki masuk dalam peradaban Barat, kemudian pada tahun 1922 sistem kekhalifahan dihapuskan

Adanya penjajahan yang terjadi dinegara Arab, pimpinan yang dictator dan lahirnya tema-tema baru pada sastra arab seperti: Nasionalisme, humanism dan romantisme

Lahirnya gerakan pembaharuan politik islam yang didengungkan oleh Wahabiah yang digerakan oleh Jalaludin al Afgani( 1838)

Simbolisme Arab

karakteristik:

1. Menggunakan banyak keriteria baru yang berdasarkan pada penyamaan yang abstrak dengan kongkret

2. Puisi itu memberisyarat bukan memberi tahu/menetapkan

3. Membebaskan diri dari bahr-bahr puisi lama dengan menjadikan satu taf’ilah sebagai kesatuan wazan sebagai pengganti bahr yang memiliki banyak taf’ilah

Muncul sebagai reaksi terhadap kelemahan dan larutnya romantisme arab dalam sentimentalisme

- Tokoh-tokohnya:

- Adib Mudhir

- Salah Labky

- Ali Mahmud Taha

Fahtor kemunculan Apollo:

Faktor politik yang membawa kecemerautan dunia sastra, sehingga menyebabkan kemunduran sastra Arab pada masa itu

Tokoh Apollo

Ibrahim Najy , Abdul al-Latif al-Najjar, Al-Hamsyawy, Mahmud Hasan Ismail, Salihu George, Muhammad Abd al-Ghany Hasan, Ali Mahmud Taha

sastra Arab Kontemporer

Simbolisme Arab

Upaya Apollo

- Melakukan kajian dan kritik terhadap khazanah sastra Arab masa lalu pada masa-masa pembaharu dengan menyajikan nilai-nilai estetika

- Melakukan terjemahan khazanah sastra Arab dengan bahasa lain, lalu dikritikan dan pengkajian sastra

- Memuliakan penyair Arab dan mensuport para penyair

- Menertibkan hasil penterjemahan dan kritikan mereka dalam bentuk sebuah buku

Tujuan Apollo

- Memuliakan puisi Arab

- Mensuport terhadap penyair Arab

- Pro terhadap kebangkitan estetika dalam Dunia puisi/sastra Arab

- Meng up-grade kemampuan penyair.

- Mengangkat nasib penyair, baik dalam dunia sastra.

- Mendukung kebangkitan seni dalam dunia puisi

Ciri-ciri Apollo

Romantisme (Perancis dan Inggris)

-Eksoterisme Rasional

-Nasionalisme Arab

-Puisi Mursal dengan mengabaikan rima

-Puisimya sentimentil

- Cinta alam sebagai mana penyair mahjar dan romantik

- Isi puisinya emosional dengan menyatakan emosi cinta

Ketua:

Ahmad Syauqi

Pemrakarsa:

Ahmad Zaky Abu Syady

- Tokoh-tokohnya:

- Adib Mudhir

- Salah Labky

- Ali Mahmud Taha

Muncul sebagai reaksi terhadap kelemahan dan larutnya romantisme arab dalam sentimentalisme

Karakteristik:

1. Menggunakan banyak keriteria baru yang berdasarkan pada penyamaan yang abstrak dengan kongkret

2. Puisi itu member isyarat bukan memberi tahu/menetapkan

3. Membebaskan diri dari bahr-bahr puisi lama dengan menjadikan satu taf’ilah sebagai kesatuan wazan sebagai pengganti bahr yang memiliki banyak taf’ilah

Tujuannya:

- Mempertahankan dan menghidupkan kembali Puisi-puisi Abasyiah

- Ihya Wal bitsah Masih besifat neo klasik

Dari Ihya lah kemudian melahirkan beberapa aliran yaitu:

Madrasah Diwan, Madrasah Apolo, Mahjar Utara dan Selatan

Aliran Ihya wa Bitsah

1800

Imprerelialisme Barat

Orientalisme

Tokohnya yaitu Syamal Al Badrudi

(1838-1904)

Karakteristik:

Tema-tema besifat baru yang diangkat berkaitan Persoalan kontenporer seperti Humanisme, Nasionalisme arab.

Aliran ini terbentuk rekontruksi ruang linggkup sastra dengan merelevalisasi sastra sesuai kondisi Kekeinian

Tokoh-tokohnya adalah: Ahmad Syauqi, Rasyid Ridha, dan Qasim Amir

Madrasah Diwan


diusung oleh ِabdurahman Syukri, (1886-1958) , Mahmud al-’Aqqād dan al-Māzini

Faktor Kemunculan:

- mengalami kevakuman atau tidak mengalami perkembangan yang signifikan pada masa Turki Usmani menguasai kawasan Arab

- Turki Usmani menerapkan kebijakan Turkiisasi

- berakibat pada bahasa dan sastra Arab yang cenderung tidak mengalami perkembangan yang berarti

- Mesir, diambil alih oleh Prancis yang memperkenalkan beragam perlengkapan modern seperti peralatan cetak serta model-model bahasa dan sastra yang baru maka lambat laun sastra Arab kembali menggeliat

Karakteristik Diwan

- Tema berupa Romantisme Perancis, oerientasi pada perasan, Analisis diri, dan beroentasi realistis

- Sebagai komunitas kritikus terhadap aliran sastra sebelumnya

- Genre menggunakan Hikayah, Seperti Drama: شعر المصحى

Tokoh Diwān

Abdurrahman Syukri (1886-1958)

‘Abbās Mahmūd al-’Aqqād (1889-1973)

- kritikan kepada Ahmad Syauqi dan Hafiz Ibrahim yang dinilainya telah merampas nilai intuisi penyair kebanyakan dan karya-karya yang dihasilkan kedua tokoh Neo-Klasik ini tidak lebih dari hanya terbatas pada bentuk-bentuk perbandingan (maqshūr ‘alā at-tasybīhāt).

- melontarkan kritikannya terhadap jenis puisi ijtimā’ atau puisi yang disesuaikan dengan kejadian sekitar seperti adanya kunjungan raja, kebakaran dan lain sebagainya

- ketokohan Syukri dalam khazanah sastra Arab modern adalah pemikirannya mengenai redefenisi puisi yaitu wijdān atau emosi dimana konsepsi emosional tentang citarasa menjadi faktor yang penting dalam menentukan hakekat dan fungsi suatu puisi.

- karya-karya yang dihasilkannya memperlihatkan ketidak-terikatan dengan ikatan tradisi yang sudah ada sebelumnya.

- Di samping menggubah puisi, al-’Aqqād juga dikenal dengan novel setengah biografinya yang berjudul Sarah.

- kritikan terhadap upaya Neo-Klasik dalam sastra Arab modern. Menurut al-’Aqqād, kalangan Keo-Klasik seringkali menggunakan puisi-puisi klasik, padahal di era modern ini karya-karya tersebut tidak relevan lagi untuk diketengahka

- penyair yang berusaha melepaskan diri dari ikatan tradisi puisi Arab yang telah ada di masa-masa sebelumnya.

- pada tahun 1928 al-Mazini menemukan dirinya sebagai pengarang cerita pendek yang dikenal serba jenaka.

- karya sastra yang sukses ditelorkannya adalah Ibrāhim al-Khātib yang ditulis pada tahun 1930 dan selanjutnya karyanya yang lain berjudul Zaynab.

- kritikannya terhadap Neo-Klasik. Menurutnya, satu hal yang selalu ia sesalkan dari upaya kelompok Neo-Klasik dalam perkembangan sastra Arab modern adalah tindakan Hafiz Ibrahim yang telah melakukan penjiplakan puisi.

- menurut al-Māzini sesungguhnya Ibrahim bukanlah seorang sastrawan atau penyair

penyair pembaharu

al-Māzini (1890-1949)

muncul dalam perbincangan sastra Arab modern sejak tahun 1900-1910, namun baru dikenal luas di kalangan pengkaji sastra Arab pada tahun 1921, ad-Diwān Kitāb fī al-Adab wa an-Naqd

Kesusastraa Arab Kontemporer

Aliran Neo Kelasik

1838-1904 M

Aliran Romantik

Kelompok Diwan

Karakteristik:

1. Bernuansa emosi subyektif presmistik yang dalam literature barat & perancis disebut romantic

2. Bertopang pada dua hal utama yaitu kritik dan puisi inventif

Tokoh2nya

1. Abdul al-Rahman Syukri (1876-1958M)

2. Ibrahim Abd al-Qadir MAziny (1889/90-1949M)

3. Abbas Mahmud Aqqad (1889-1964M)

Aliran Mahjar 1920

Karakteristik:

1. Penuh nada kerinduan tanah air

2. Campuran dari dinamis spiritualitas timur dan romantisme barat

3. Cinta alam

4. Pengungkapannya sederhana


Jibran Khalil Jibran

Mikhail Nu’aimah

Karakteristik:

1. Unsur subyektifitas sangat menonjol

2. Wanita tidak dipandang sebagai sosok konkret tetapi jiwa ideal yang tercermin dalam tubuh yang penuh kedinamisan

3. Alam merupakan sumber imajinasi, ilham, dll

4. Merasa prihatin terhadap kaum papa yang tertindas

Romantisme Perang Dunia II

Ahmad Zaki Abu Syayady

Karakteristik:

1. Puisi curahan hati

2. Cinta alam

3. Puisinya mursal dengan mengabaikan rima

4. Menyatakan emosi cinta

5. Mengekspresikan kegagalannya menarik dan mendapatkan wanita lalu melukiskannya sbg orang yang gegabah gegabah

Kelompok Apollo 1932 M

Para penyair yang memproklamasikan diri sebagai penganut aliran puisi bebas merasa putus asamelihat bencana yang menimpa Palestina

Corak puisi mereka bernuansa romantisme dan realisme

Pelopor: Mahmud Samy al-Barudy

Fase awal (al-irhs)

Fase pendirian (al-Riyadhah)

Fase pematangan dan keemasan (al-Ta’shl wa al--izdihar

Karakteristik:

Tema-tema diankat berkaitan persoalan kontenporer seperti Humanisme, Nasionalisme Arab

Aliran Mahjar

Amerika Utara (New York)

Faktor kemunculan:

berbagai faktor ekonomi dan politik
Lalu Terjadinya imigrasi Arab dari Syiria dan Libanon di akhir abad ke-19 ke Amerika

“al ‘Usbah al Andalusiyah”

al Rabitah al Qalamiyah

Amerika Selatan (Brazil)

Tokohnya antara lain:

1. Jibran (1882-1931 M)

2. Nu’aimah (1889-M)

3. Illiya Abu Mady (1894-1957 M)

4. Nasib Aridah (1887-1946 M), dan

5. Abd al Masih Hadad (1890-1963 M)

didirikan tahun 1932 M

di Sao Paolo, Brazil

Tokohnya antara lain:

1. Dawud Syakur,

2. Nadir Zaitun,

3. Yusuf al Bu’ainy,

4. Habib Mas’ud,

5. Nasr Sam’an Husny Garab,

6. Yusuf Ganim,

7. Anton Salim Sa’ad, dan

8. Syukrullah al Jar

pada tahun 1920 M di Amerika Serikat

medianya “al Saih”

Pendirinya: Jibran Khalil Jibran dan Mikhail Nu’aimah

Karakteristiknya

1. campuran dari unsur dinamis spiritualitas Timur dan romantisme Barat;

2. penuh nada kerinduan pada tanah air;

3. keluhan atas perasaan terasing di tempat baru; concern terhadap masalah-masalah politik dan sosial tanah air;

4. reflektif terutama puisi-puisi kelompok al Rabitah al Qalamiyah; humanitarianisme yang tidak mengenal batas dan perbedaan makhluk; cinta alam; dan pengungkapannya sederhana.

Pendirinya: Michel Ma’luf

Medianya “al ‘Usbah”

wilayah Syiria dan Libanon adalah tempat banyak kebudayaan, indah, dan pemandangan alamnya mempesona

Libanon menjadi ajang pergulatan antar faksi yang telah memakan banyak korban anak bangsa

di Libanon, muncul kelompok borjuis rendah yang terdiri dari pedagang, pengrajin, petani, dan pegawai; adanya sekolah-sekolah missionaris yang menebarkan kesadaran terhadap kebudayaan Barat dan membawa semangat revolusi Perancis pada masyarakat

corak yang melatari puisi Mahjar

sekolah-sekolah itu mengajak seseorang pada semacam kesetiaan terhadap negara asing

rakyat menjadi korban eksploitasi para pemimpin Turki, kaum agamawan, kaum feodal, dan laju industri Barat yang mengancam industri lokal; sumber alam dan produksi dalam negeri Libanon yang tidak mampu lagi memberi peluang warganya mengais rizki.

wilayah Syiria dan Libanon berada dalam penjajahan Turki