Jumat, 25 Juni 2010

Sejarah

  1. Kerajaan Islam di Maluku

Maluku adalah daerah kepulawan dan dikenal dengan penghasilan rempah-rempahnya, terutama cengkeh. Pada abad ketujuh sudah terjadi perniagaan cengkeh antara saudagar-saudagar Arab dengan penduduk Maluku. Dan pada abad kesepuluh dan kesebelas mulailah semakin ramai saudagar-saudagar Arab dan Persi untuk perniagaan. Sejak itulah diduga masyarakat islam sudah ada di Maluku.

Yang disebut Maluku dimasa lampau ialah gabungan dai pada empat buah negri, yaitu Ternate, Tidore, Bacan dan Jaibolo. Menurut kepercayaan turun-menurun, keempat Raja yang memerintah di empat negri itu asal mulanya adalah empat orang bersaudara. Pada awalnya mereka menganut semacam agama ‘syamman’ memuja roh nenek moyang. dan setelah mereka masuk islam, maka timbullah penulisan sejarah bahwasanya keempat raja dari keempat negri itu adalah putra-putra dari pada Ja’far Sadiq, cucu Saiyidina Ali bin Abi Tholib, Imam yang ke enam dari mazhab Syiah. Karena perkawinannya dengan anak bidadari. Maka Raja Tidore pertama bernama Syahadati, dan Raja Tenate pertama bernama Mnsur Malamo, Raja Bacan pertama bernama Kacil Buka dan Raja Jaijolo pertama bernama Darajati. Dan menurut sejarah, nenek moyang mereka telah datang dari tanah pada tahun 470 dan tahun 502 H (akhir abad kelima dan permulaan abad keenam Hijiriah, atau abad kesepuluh dan kesebelas Masehi.

Bedasarkan cerita rakyat, pada masa kekuasaan raja Ternate yang ke 18, Marhum mungkin bukan nama aslinya, tetapi potongan sebutan bagi penguasa yang telah mangkat) datanglah seorang datuk jawa. Maulana Husain. Keindahan tulisannya tentang Alquran menarik minat penduduk untuk belajar, keinginan penduduk untuk belajar huruf Arab, dimanfaatkan untuk mengajak mereka memeluk islam. Dan ditemukanlah ada penguasa muslim yang memakai nama islam, yaitu Zainal Abidin (1486-1500) dia raja yang kesembilan belas yang menggantikan Marhum dan ia dianggap sebagai raja pertama yang benar-benar muslim. pada masa kekuasaannya gelombang perdagangan muslim terus meninggakat.

Menurut Hamka. Majunya perdagangan dipelabuhan Hitu (disemenanjung Ambon) menyebabkan semakin ramainya orang Jawa dan Melayu datang ke Maluku, begitu juga sebaliknya kedatangan islam Jawa dan Melayu ke Hitu kemungkinan diikuti dengan kegiatan islamisasi dikepulawan rempah-rempah ini, tak terkecuali Ternate. Maka dari itu sultan Zainal Abidin tertarik untuk belajar tentang islam ke Jawa, yaitu di Giri. Di Gersik ia dikenal sebagai Raja Bulawa atau Raja Cengkeh. Mungkin ia membawa cengkeh ke Giri sebagai hadiah, sekembalinya dari Jawa, ia mengajak Tububa babul. Dikemudian hari nama terakhir giat menyebarkan islam di kepulawan Maluku. Setelah islam kuat di Ternate, Ternate turut berperan menyebarkan islam daerah sekitarnya temasuk pulau Mindanau dan Sulu.

B. Kedatangan Portugis

Pada tahun 1512, setelah ternate dengan resmi memeluk islam, Portugis dari Malaka mengirim armada perdagangannya ke Maluku, yaitu setahun Portugis mengapatkan Malaka sebagai pangkalannya di nusantara ini. Sebelum armada ini bertolak meninggalkan pelabuhan Malaka, terlebih dahulu Portugis mengirim utusannya yang terdiri dari saudagar Melayu sendiri Melayu sendiri untuk menggambarkan kedatangan kedatangan itu dan menyampaikan kedatangan mereka bukan sebagai penakluk, hanyalah sebagai hendak mengikat persahabatan dan hendak berniaga secara baik-baik.

Kedatangan merekapun disambut baik oleh Sultan Ternate. Dan kedatangan mereka kembali pada tahun 1513 amat berhasilah perlawanan mereka itu, mereka banyak mendapatkan cengkih, karena dua kerajaan., Ternate dan Tidore ini telah menyambut mereka dengan baik. Maka kedua perlawatan yang berhasil baik itu telah menyebabkan Portugis mengadakan perjalanan pelayaran yang tetap antara Malaka, Maluku, Jawa dan Timur.

Akan tetapi tidaklah mudah untuk menaklukan Ternate karena Ternate mengambil pelajaran dari raja-raja sebelumnya yang pernah di taklukan oleh Portugis, Maka politik yang mereka pakai seperti yang dilakukan di malaka dulu yaitu dengan cara mendekati raja-raja itu, atau mengadu domba antara seorang raja dengan raja lain.

Ternate tidak diserang seperti menyerang malaka, karena itu nampaknya terlalu banyak membawa kerugian. Lebih baik dibuat saja perjanjian monopoli perdagangan cengkih. Dan keuntungannya sangat berlimpah-limpah yang telah di dapatkan oleh portugis karena monopoli ini.

Keunggulan Portugis yang telah menguasai perniagaan itu dihubungkan dengan berlomba mempengaruhi agama. Kemenangan mereka dalam catur niaga itu, yang menyebabkan perniagaan Arab menjadi mundur, dipandang sebagai suatu jasa kristiani mengalahkan islam. Mereka tunduk kepada perjanjian yang dahulu dibuat dengan portugis, bahwa monopoli penjualan cengkih harus diserahkan kepada portugis, tetapi sultan pun akan bertindak dengan ragu-ragu untuk menentang portugis dalam bidang agama.

Pertentangan diantara Gabnor dengan misionaris ini sampai diminta penyelesaian ke Lisbon dan ke Goa. Akhirnya didapatlah persetujuan bahwa pusat perniagaan dan pusat penyebaran agama Kristiani ditetapkan di Ambon saja.

Seorang diantara pembesar Portugis ialah panglima De Brito yang angkuh dan amat panatik. Bencinya kepada islam ditambah lagi dengan banyaknya akan keuntungan. Tetapi tumpuannya ialah Tidore. Sikap permusuhan terhadap Islam dan penghianatan kepada Sultan Tidore tidaklah tertahan lagi, yang akhirnya menajdi peperangan yang tidak putus-putus. Di tambah lagi berkembang suatu pendirian bahwasanya sikap kasar atau memungkiri janji-janji terhadap umat islam adalah “Halal” karena orang islam itu kafir[1]. Kota tidore pernah dibakar oleh orang Portugis, padahal sedang berkabung karena kematian sultan, sehingga tidak mengherankan bahwa seketika orang Spanyol datang melawat tidore pada tahun 1526 mereka telah disambut dengan baik oleh anak negeri meskipun pada hakikatnya antara Portugis dengan Spanyol “Setali Tiga Uang” saja.

C. Perlawanan rakyat maluku dan kejatuhan Ternate

Sultan Babullah setelah mendengar berita itu yang ngeri dan keji itu. Seluruh ternate menjadi goncang dan orang-orang besar segera melantik Babullah menjadi sultan dalam pelantikan itu Babullah menyentak pedang pusaka ayahnya dan meminta ksetiaan rakyatnya untuk berperang dengan portugis sampai portugis terusir habis dari ternate dan sampai tuntut bela atas kematian ayahnya diperolehnya.meskipun islam baru satu abad dipeluk oleh umat negeri Ternate, mereka telah merasai betapa hebatnya semangat jihad yang menggelora dalam hati mempertahankan kehormatan.

Pada saat itu Sultan sendiri yang memimpin peperangan mengepung benteng portugis diternate sendiri, peprangan yang hebatpun terjadilah kedua belah pihak banyak yang tewas.Tetapi pengepungan benteng Ambon tidaklah segera berhasil. segera datang bantuan dari Malaka sehingga portugis dapat pula memperkukuh pertahanan benteng ternate sendiri. Raja Bacan yang telah memeluk agama kristian segera mengirim bantuan bahan makanan terhadap portugis.

Bukan main murkanya Babullah terhadap pernyataan Raja Bacan itu sehingga dikirimnya ultimatum, bahwa sekiranya sekali lagi tertangkap perahu yang membawa makanan dari bacan itu, negeri bacan akan segera menjadikan abu. Raja Bacan timbul takut dan mulai insaf bahwa peperangan ini benar-benar peperangan.

Sultan Tidore dengan tegas berdiri dipihak ternate. Maka tentara ternate mendesak terus kebenteng perlawanan, sehingga dapat mereka capai sepi benteng itu sehingga api telah menjalar dan hampir memusnahkan semuanya. Maka dengan segera dewan perang portugis pada sudut benteng yang belum terbakar mengambil keputusan meninggalkan benteng itu dan lari mengungsi ke Malaka. Sekarang tinggallah beribu-ribu pemeluk agama keristian dalam kota Ambon, cemas ketakutan akan disembelih oleh tentara Ternate yang sudah sangat marah itu. Tetapi dengan tegas tentara ternate menyatakan bahwa kristian Ambon tidaklah hendak mereka bunuh, dan tidak akan memaksa memeluk islam asal mereka tunduk. Lima tahun Babullah mengepung benteng itu. Sekian hari kian melemah. Hingga akhirnya portugis terpaksa menyerah. Tetapi perlawanan islam Babullah, benar-benar pahlawa islam. Ketika baginda mendengar kesengsaraan yang menimpa portugis itu baginda mengirimkan utusan dan menyampaikan ususlnya. Apabila orang portugis mau mengakui kekalahannya dalam waktu 24 jam, baginda bersedia memberikan izin tentara portugis meninggalkan benteng itu dengan senjatanya dan terus berangak ke Malaka atau ke Ambon. Artinya menyerah dengan cara terhormat.Akhirnya pada tahun 1575 menyerahlah bangsa Portugis kepada sultan Babullah dan diturunkan bendera Portugis dari atas bentengnya, dan diganti dengan bendera Ternate.

Setelah baginda raja mengalahkan Portugis pada tahun 1575 tidak berhehti baginda membabgun kebesaran ternate, terutamanya mengembangkan agama islam kepada daerah yang belum memeluknya. Raja-raja yang dahulu bersikap ragu-ragu, terutama raja Bacan disuruh mempertanggung jawabkan perbuatanya. Sampai kepada kira-kira tahun 1580 tidak henti-hentinya sultan meluaskan kuasanya ke pulau-pulau sekelilingnya, sehingga kekuasaan baginda membelintang dari Mindanau (dalam wilayah Filifina sekarang).

Setelah baginda mangkat, naiklah putranya Syariduddin berangkat. Dan pada tahun 1599 datanglah angkatan perniagaan kompeni Belanda ke Maluku, berlabuh diAmbon, membeli rempah-rempah pula. Ditahun 1600 datang sekali lagi armada Belanda dari bawah pimpinan komandannya Van Der Hagen.

Semakin lama cengkeraman dan pengaruh Belanda pada sultan-sultan Ternate semakin kuat, Belanda dengan leluasa mengeluarkan peraturan yang merugikan rakyat lewat perintah sultan, sikap Belanda yang kurang ajar dan sikap sultan yang cenderung manut menimbulkan kekecewaan semua kalangan. Sepanjang abad ke-17

Sultan Muhammad Nurul Islam atau yang lebih dikenal dengan nama Sultan Sibori (1675 - 1691) merasa gerah dengan tindak-tanduk Belanda yang semena - mena. Ia kemudian menjalin persekutuan dengan Datuk Abdulrahman penguasa Mindanao, namun upayanya untuk menggalang kekuatan kurang maksimal karena daerah-daerah strategis yang bisa diandalkan untuk basis perlawanan terlanjur jatuh ke tangan Belanda oleh berbagai perjanjian yang dibuat para pendahulunya. Ia kalah dan terpaksa menyingkir ke Jailolo. Tanggal 7 Juli 1683 Sultan Sibori terpaksa menandatangani perjanjian yang intinya menjadikan Ternate sebagai kerajaan vazal Belanda. Perjanjian ini mengakhiri masa Ternate sebagai negara berdaulat.

Meski telah kehilangan kekuasaan mereka beberapa Sultan Ternate berikutnya tetap berjuang mengeluarkan Ternate dari cengkeraman Belanda. Dengan kemampuan yang terbatas karena selalu diawasi mereka hanya mampu menyokong perjuangan rakyatnya secara diam-diam. Yang terakhir tahun 1914 Sultan Haji Muhammad Usman Syah (1896-1927) menggerakkan perlawanan rakyat di wilayah – wilayah kekuasaannya, bermula di wilayah Banggai dibawah pimpinan Hairuddin Tomagola namun gagal. Di Jailolo rakyat Tudowongi, Tuwada dan Kao dibawah pimpinan Kapita Banau berhasil menimbulkan kerugian di pihak Belanda, banyak prajurit Belanda yang tewas termasuk Coentroleur Belanda Agerbeek, markas mereka diobrak-abrik.

Akan tetapi karena keunggulan militer serta persenjataan yang lebih lengkap dimiliki Belanda perlawanan tersebut berhasil dipatahkan, kapita Banau ditangkap dan dijatuhi hukuman gantung. Sultan Haji Muhammad Usman Syah terbukti terlibat dalam pemberontakan ini oleh karenanya berdasarkan keputusan pemerintah Hindia Belanda, tanggal 23 September 1915 no. 47, sultan Haji Muhammad Usman Syah dicopot dari jabatan sultan dan seluruh hartanya disita, beliau dibuang ke Bandung tahun 1915 dan meninggal disana tahun 1927. Pasca penurunan sultan Haji Muhammad Usman Syah jabatan sultan sempat lowong selama 14 tahun dan pemerintahan adat dijalankan oleh Jogugu serta dewan kesultanan. Sempat muncul keinginan pemerintah Hindia Belanda untuk menghapus kesultanan Ternate namun niat itu urung dilaksanakan karena khawatir akan reaksi keras yang bisa memicu pemberontakan baru sementara Ternate berada jauh dari pusat pemerintahan Belanda di Batavia.

Dalam usianya yang kini memasuki usia ke-750 tahun, Kesultanan Ternate masih tetap bertahan meskipun hanya tinggal simbol belaka. Jabatan sultan sebagai pemimpin Ternate ke-49 kini dipegang oleh sultan Drs. Hi. Mudhaffar Sjah, BcHk. (Mudaffar II) yang dinobatkan tahun 19

DAFTAR PUSTAKA

Hamka Sejarah Umat Islam. Singapura: Pustaka Nasional PTE LTD Singapura.2001

Karya Soekama. Usman Ismail Asep. Harohah Hanun.Murodi, Ensik kelopedi Mini sejarah dan Kebudayaan islam. Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1996.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar